Semua Akan Ada Waktunya
January 22, 2015
Pernah
pada suatu waktu aku berpikir Tuhan tak adil. Dilahirkan sebagai anak kedua
dalam keluarga, ajaibnya wajahku berbeda dengan kedua saudara perempuanku. Aku duplikat
wajah mama sementara kakak adikku seperti kembar. Aku terasa asing di keluarga
ini. terlebih mendengar celoteh sekitar. Kok enggak mirip? *asah penggaris.
Menjadi
anak kedua, berarti mewarisi bekas kakak. buku pelajaran, baju, dan beberapa
hal lain yang khas diturunkan kakak ke adik. Selain mendapat ‘warisan’,
memiliki kakak cantik dan pintar sangat sulit. Setiap saat selalu siap untuk
dibandingkan. Kakaknya selalu juara kelas sedangkan aku tak pernah menyentuh
angka 3 besar. Lagi-lagi suara sumbang berkata, “Beda ya ama kakaknya. Kalau
kakaknya … .” *asah cutter.
Hal
tersulit adalah ketika Ayah memutuskan menikah lagi. Aku akan memiliki ibu
tiri! Sedangkan Mama belum sampai setahun berbaring di dalam tanah. Jiwa remaja
yang baru beberapa bulan berseragam abu
putih bergolak. Hidup ini tak adil! Kemarin Tuhan mengambil mamaku,
sekarang aku harus berbagi ayah dengan
orang lain.
Aku
remaja yang labil rajin menumpahkan airmata. Sering merasa lelah menangis, aku
pun tertidur. Ada beberapa orang dewasa yang memberi wejangan. Tetapi aku tak
pernah lelah bertanya pada Tuhan. Kenapa?
Ada
banyak kenapa terlontar. Ada banyak marah serta kecewa yang keluar. Seseorang
pernah menasehatiku, “Waktu akan memperbaiki semua.” Aku mencibir mendengarnya.
Nyatanya waktulah yang menenangkan diriku. Ya, akhirnya aku berdamai dengan
diriku sendiri.
Usia
yang bertambah merubah pola pikir. Berbagai peristiwa yang terjadi membuatku
mampu mencerna nasehat-nasehat yang pernah diberikan.
Dimulai
dari kehadiran ibu baru. Pada akhirnya aku terbiasa. Ada peran istri yang tak
bisa digantikan sang anak. Ayah butuh teman bicara dan tak semua masalah bisa
didiskusikan bersama. Tanpa Mama aku diajarkan untuk mandiri. Setidaknya
sekarang aku bisa masak nasi tanpa hangus :D hal-hal yang dulu tak pernah kukerjakan
saat Mama ada.
Dilahirkan
dengan wajah tiruan Bunda justru membuatku istimewa. Setiap kali saudaraku
merindukan Mama, cukup pandang wajahku. Bahkan
kadang bukan namaku yang dipanggil, tetapi nama ibuku. Yup kami mirip
bahkan tahi lalat di pipi pun letaknya sama :D
Dan
tentang perbandingan, semua orang pasti mengalaminya. Tetapi saat mendengar
kakak memujiku, iri di masa lampau pun sirna. Yang membuatku berbeda dengan
saudaraku adalah ketekunan. Yup, dia sangat rajin belajar setiap hari.
Sedangkan aku sibuk dengan komik atau novel, belajar dengan sistem SKS, dan
hasilnya lumayan masih masuk rangking sepuluh besar. Sekolahku pun termasuk
sekolah favorit.
“Apapun
yang kau lakukan, tak akan pernah memuaskan semua orang. Koin memiliki dua sisi
dan gambarnya selalu berbeda.”
Sebuah
nasehat yang kudengar dari pakdeku. Orang akan selalu berbicara. Ada pro dan
kontra. Berhentilah selalu mendengar mereka. Ada kalanya kita tutup telinga dan
mata. Tatap lurus ke depan. Berhenti mendongak karena rasanya melelahkan. Berhenti
menunduk atau kau akan terantuk.
Syukuri
apa yang ada di genggamanmu, nikmati! Rencana Tuhan selalu terbaik, tak ada
yang sia-sia, jadi nikmat mana yang engkau dustakan? Akan ada waktu untuk semua. Setiap luka ada obat dan setiap tanya ada jawab. Bersabar, bersyukur, bertahan, dan berusahalah.
0 comments