Tentang Kamu Tuan W
February 15, 2015
Aku bersandar di tembok sebuah minimarket. Menanti memang
selalu menjemukan. Pria di dalam bilik ATM itu tak jua menyelesaikan
aktivitasnya. Beberapa motor memasuki halaman parkir. Saat salah satu pengendara itu melepas helm,
aku tertegun. Dia!
Pria itu turun dari motor. Mata kami bertemu. Keningnya
berkerut seakan mengingat sesuatu. Mulutnya lalu membuka seakan hendak berkata
sesuatu. Pintu ATM terbuka. Aku langsung memasuki bilik. Pria itu melanjutkan
langkah ke dalam minimarket. Kepalanya sempat menoleh ke bilik ATM yang
terletak di depan minimarket.
Aku mengetuk-ngetuk meja pertanda tak sabar. Woro
sahabatku masih berbincang-bincang dengan anggota yang lain. Berkenalan. Aku sudah
bosan.
Beberapa senior memasuki ruang kelas. Molor tiga
puluh menit dari yang dijanjikan. Setelah berdoa, prakata tentang kegiatan
pecinta alam pun dimulai. Aku mencoba memperhatikan penjelasan dan mencatat
beberapa hal yang kupikir penting. Tujuannya sih agar dikira serius oleh
senior.
Masuk sesi perkenalan. Pembawa acara memanggil nama
anggota beserta jabatannya. Selanjutnya senior yang dipanggil akan berbicara
sedikit tentang dirinya. Para pengurus utama memperkenalkan dirinya lebih dulu.
Kemudian pria itu masuk. Aku terpana. Aku merasakan dia istimewa. Masih kuingat
jelas perkenalannya. Lebih singkat dari kawan yang lain, tapi mampu mencuri
perhatian.
Tuan W, itu kode rahasiaku dan kawan-kawan saat
berbincang tentangnya. Sejak awal, aku sudah merasa dia berbeda. Mungkin karena
fisiknya yang mirip Adam SO7, bassis grup band favoritku. Putih, agak gendut,
berambut ikal, berjenggot tipis, dan berdagu panjang. Gugut istilah Jawanya. Otaknya
encer bahkan dia juga rajin salat. Sempurna versiku saat berseragam putih
abu-abu.
Dia yang membuatku selalu berdoa agar hujan turun.
Dengan begitu lapangan besar becek dan olahraga dipindah ke lapangan kecil, di samping
kelas Tuan W. Aku bahkan rela memutar jauh saat ke kamar mandi hanya untuk
(lagi-lagi) melewati kelasnya. Mata tak beranjak dari pintu, setiap kelas Tuan
W selesai berolahraga. Aku berharap bisa melihat sosoknya. Walau hanya sekilas.
Tuan W lah
alasan terbesarku tetap mengikuti kegiatan pecinta alam. Diklat alam yang berat
sempat membuatku ingin menyerah. Tapi saat melihat senyumnya, energi ini
kembali terisi. Bahkan aku rajin berlatih panjat dinding, karena dia
berpendapat aku lebih bagus di RC dibanding hiking.
Waktu berjalan cepat. Hubungan kami tak maju atau
mundur. Ada kala dia begitu manis padaku. Tapi di lain waktu dia bersikap acuh.
Terutama saat bersama teman-temannya. Pria yang satu tingkat diatasku, akhirnya
mengikat hati pada seorang wanita. Teman satu organisasi. Tuan W menunggu cukup
lama untuk berada di hati gadisnya. Aku hanya tahu itu. aku bisa merasakannya. Saat
mereka berbincang, kala sang gadis masih terikat dengan cerita yang lain.
Bunyi mesin
mengeluarkan uang, mengembalikan memoriku ke masa kini. Aku menoleh kea rah minimarket.
Pria itu tengah di kasir membayar belanjaannya. Beberapa susu formula untuk
balita.
Jantungku berdegup kencang. Kupastikan Tuan W
meninggalkan minimarket sebelum akhirnya aku keluar. Sembilan tahun berlalu nyaris
tak ada yang berubah. Hanya tubuh yang semakin melekaki dan wajah yang lebih
tegas. Semakin memperlihatkan ketampanan yang ada.
Tentang rasa ternyata masih sama dengan kadar yang
berbeda. Tetapi pria itu masih
sanggup membuatku menghindar. Setidaknya kali
ini tak ada airmata. Tak seperti beberapa bulan lalu saat tanpa sengaja kutemukan
akun facebooknya. Beberapa foto pernikahan dan keluarga kecil yang bahagia
memenuhi beranda. Masih dengan wanita yang sama.
Tak salah kan Tuan, jika aku pernah menyimpan rasa
itu padamu. Setia perlu kutambah dalam daftar kelebihanmu.
0 comments