Kenapa Aku Butuh Staycation
October 30, 2016
Saat bercermin dan melihat kantung mata serta jerawat yang
bertebaran di wajah, aku sadar kalau aku kurang istirahat. Ditambah
kekonyolan-kekonyolan yang nyaris tiap hari kubuat, seperti salah pakai body
lotion ke muka, ke kantor dengan sepatu yang beda kanan dan kiri, plus hal
konyol lain yang memalukan. Aku butuh refreshing!!!
Muka tanpa makeup, nungguin mall buka |
Kebetulan saat tengok blog Kak Putri, dia sedang mengadakan
giveaway berhadiah voucher hotel. Hotelnya di Jogja lagi. Duh langsung deh
kebayang naik kereta trus nongkrong malam-malam sambil wedangan. Oh dear,
sumpah kangen banget wedangan. Sebelum memutuskan ikut giveaway, kepo dong
pingin tahu hotel macam apa yang bakal saya tempati nantinya (kalau menang
sih). Cus mampir nengok webnya Adhisthana hotel dan ternyata hotelnya kece
bingit. Aku buka webnya pas di kantor dan temen sebelah meja pun ikutan kepo.
Akhirnya kita berdua terpukau dengan foto-foto dalam web. Sama persis seperti
di webnya Kak Putri.
Terus kenapa sih aku butuh refreshing? Karena aku butuh
mempertahankan kewarasan otak dan jiwaku. Kuliah sambil bekerja memang butuh
ekstra kekuatan. Meski waktu di Solo aku juga sudah melakukan kuliah sambil
kerja tetapi semester kali ini adalah masa terberat perkuliahan. Mungkin karena
ini semester akhir. Mungkin karena aku masih proses adaptasi dengan kehidupan
ibukota. Mungkin karena sistem yang biasa kujalanin di Solo berbeda dengan yang
terjadi disini. Capek rasanya.
Semua berawal dari kepindahanku ke Jakarta. Karena kuliah
yang tinggal satu semester dan rasa sayang buat ninggalin, aku bercita-cita melanjutkannya. Alhamdulillahnya
kampusku bisa link dengan kampus Jakarta. Berdasar info dari Mbak-mbak yang di
kampus Solo, proses perpindahannya gampang banget. Positif thinkinglah semua
bakal berjalan lancar. Etapi prakteknya booo... Melelahkan. Problemnya sih di
orang-orangnya. Mereka yang di garda depan memberi info yang berbeda. Hingga
akhirnya sesuatu yang gampang itu jadi terlihat melelahkan. Sepertinya mereka
belum paham benar sih atau kurang peduli? Entah itu memang watak atau
kebiasaan? Setelah diputar kesana kesini, kesana lagi dan kesini lagi, akhirnya
aku mendapat kejelasan status. Untung banget ada abang-abang ojek online.
Terimakasih, Bang... tanpa kalian entah bakal nyasar kemana aku. Terimaksih
juga Gmaps.
Kupikir setelah mendapat kejelasan status dapat jam kuliah,
drama yang menguras tenaga, emosi dan budget ini berakhir. Etapi ternyata
enggak. Gara-garanya sih ada omongan temen sekelas yang bikin aku down. Hal
tersebut nyaris membuat aku menyerah. Sempat berpikir untuk enggak lanjutin
kuliah. Omongan itu mungkin niatnya bercanda tapi sempat mempersulit praktekku.
Padahal aku baru bertemu dia sekali, enggak bikin sakit hati juga, dan kupikir
dia bakal baik karena kita sama-sama orang Jawa. Enggak bisa kudetail
masalahnya apa. Yang jelas masalah ini membuatku menangis di bis. Iya, nangis
di kopaja 57.
Awalnya cuma keluar setetes airmata. Ketika dihapus lha kok
malah makin banyak keluarnya. Ya akhirnya aku biarkan saja airmata itu keluar.
Pasang muka cuek dengan lirikan orang-orang. Kasihan sih sama bapak-bapak yang
duduk di sebelah, kesannya kayak aku habis disakiti sama dia. Tapi mau gimana
lagi. Sampai di kantor masuk ke toilet dan melanjutkan prosesi menangis itu.
Tumpahkan saja semua biar lega. Daripada ditahan dan mengangggu kinerja.
Alhamdulillah masalahnya sudah usai. Proses tugas akhir pun telah selesai,
tinggal menanti hasilnya. Layak dinyatakan lulus atau tidak.
Lagi-lagi saya berpikir masalah sudah selesai semua.
Ternyata enggak masih ada yang tersisa. Selain tugas akhir, masih ada mata
kuliah lain yang harus diambil. Kali ini mata kuliahnya memberi tugas kelompok
untuk mengobservasi sekolah. Dapat kelompok yang menyenangkan yang bisa diajak
kerjasama. Pihak sekolah yang diobservasi pun memberi sambutan yang baik.
Setiap kali bertanya mereka menjawab dengan baik. Tapi sayang berita duka
datang tepat di hari terakhir kami hendak melakukan observasi. Kepala
Sekolahnya meninggal. Otomatis segala kegiatan diliburkan sementara. Bahkan
sampai hari ini kami belum mendapat kabar lagi dari sekolah tentang kejelasan
observasi kami. Masih ada beberapa hal yang belum didapatkan. Padahal dosen
sudah memberi deadline waktu mengumpulkan. Saat ini kami harap-harap cemas
semua berjalan lancar.
Tapi aku selalu percaya ada hikmah dibalik semua. Ada alasan
untuk semua yang terjadi. Mungkin salah satu alasan aku diberi hal yang kurang
menyenangkan agar aku cepat beradaptasi dengan pola hidup di Jakarta. Selain
itu biar aku bisa jalan-jalan kesana kemari. Lumayanlah naik gojek bisa sambil
lihat pemandangan dan menghapalkan rute jalan. Karena alasan diatas rasanya aku
patut memberi reward pada diri sendiri berupa liburan. Membiarkan diri lepas
sesaat dari kehebohan dunia kerja dan kuliah. Ucapan terimakasih pada otak,
hati, dan tubuh yang sudah bekerja keras.
0 comments